Sunday 17 July 2016

Lagu Aceh Ini Mampu Menghipnotis Pendengarnya

Pernah pada suatu pagi beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan pesan dari teman semasa sekolah dulu di SMA. Dia asli keturunan Jawa, di dalam pesannya dia meminta saya untuk mengirimkan judul sebuah lagu Aceh yang beberapa kali sempat dia dengar dari sebuah radio swasta di kota Bekasi Jawa Barat tempat dia tinggal. Dia mengaku suka sekali dengan lagu Aceh itu, tetapi saya bingung lagu apa yang dia maksud. Akhirnya saya memutuskan meminta dia untuk mengirimkan voice note ke handphone saya.

Penari tampil dengan kompak pada acara Sabang Fair (seputaraceh.com)

Setelah dia kirim, saya mendengarnya sambil tersenyum mengerti akan maksud lagu yang dia minta dari irama yang dia ucapkan meski dengan kata nana-nana saja. Ternyata dia meminta  saya untuk mengirimkan judul lagu Dododaidi yang memang sudah terlanjur terkenal ke berbagai penjuru dunia.

Semasa saya masih menempuh pendidikan di Jawa Barat. Hampir setiap jam sembilan malam saya bersembunyi di belakang lemari di dalam kamar asrama saya sambil memegang sebuah radio kecil dengan headset murah berkualitas suara ala kadarnya. Saya lakuin itu semua agar ustaz sebagai pembina asrama tidak memarahi dan menyita radio saya sebagai sarana untuk mendengar lagu dododaidi obat penawar rasa rindu untuk Aceh tercinta yang selalu di putar di salah satu radio swasta terkenal di kota Bekasi.

Efek lagu dododaidi memang luar biasa. Jika di dengar lagu ini benar-benar menghipnotis siapa saja. Baru-baru ini saya pernah menonton di youtube dan saya membaca komen di bawahnya, ternyata yang komen kebanyakan dari orang luar Aceh yang mengaku sangat tersentuh dengan lagu Dododaidi sampai berlinang air mata meski dia tidak tau makna lagunya. Tidak cuma itu saja bahkan ada beberapa orang yang mengaku suka memutarkan lagu itu disaat hendak membawa buah hatinya tidur.

Daripada dengar cerita saya tentang lagu Dododaidi, bisa-bisa tulisan ini tidak akan menemukan titik akhirnya. Mending kita nonton saja ya video di bawah ini  :



Sebagai pelengkap saya ikut sertakan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia yang saya kutip dari sebuah buku koleksi kecil-kecilan yang  ditulis oleh Mas Rizki Ridyasmara :

" Allah hai dododaidi. Buah gadung buah-buahan dari hutan. Kalau sinyak ( panggilan untuk anak kecil di Aceh) besar nanti, Ibu tidak bisa memberi apa-apa, aib dan keji dikatakan orang-orang.

Allah hai dododaidang. Layang-layang di sawah putus talinya. Cepatlah besar anakku sayang dan jadilah seorang pemuda yang gagah agar bisa berangkat membela Nanggroe.

Wahai anakku, janganlah engkau duduk berdiam diri lagi, mari bangkit bersama membela bangsa. Janganlah takut jika darah mengalir, walaupun engkau mati wahai anak, ibu sudah relakan.

Ayo kesini Nak Ibu tatih, kemarilah Nak Ibu tatih, bangunlah anakku sayang, mari kita bela Aceh. Sudah tercium bau daun Timphan (makanan khas Aceh yang dibalut dengan daun pisang) seperti bau badan sinyak Aceh.

Allah Sang Pencipta yang punya kehendak. Jauhnya kampung tak tercapai untuk pulang, andaikan punya sayap, ibu akan terbang supaya cepat sampai ke Nanggroe"

Dan sebagai informasi tambahan, lagu ini ternyata menjadi pengantar tidur bagi anak-anak Aceh ketika masih masa penjajahan yang memaksa orang Aceh untuk bersembunyi di kegelapan gua-gua agar tidak terdeteksi oleh lawan.


EmoticonEmoticon