Friday, 24 June 2016

Derita orang Aceh

Peperangan antara Gam dan Tni dikala itu benar-benar telah membuat kehidupan masyarakat menjadi sangat mencekam. Banyak anak menjadi anak yatim, pendidikan tidak berjalan dengan normal, ekonomi rakyat menjadi sangat sempit.

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, setelah bencana gempa dan tsunami menerjang Aceh pada tanggal 26 desember 2004 melanda, pada tanggal 15 Agustus 2005 damai yang sudah lama dinanti-nantikan akhirnya datang juga.

Namun jika kita ingat akan konflik Aceh, kita akan kembali teringat akan tiga penderitaan orang Aceh yang mudah-mudahan tidak kembali hadir menyapa.

1. Jalanan zig-zag seperti ular
Ketika Aceh masih dilanda perang saudara, terdapat banyak sekali pos keamanan dari Tni dan Polri yang didirikan di dekat jalan raya. Salah satu ciri khas atau tanda kita sedang melewati pos keamanan dari Tni ataupun polri adalah jalanan yang mendadak berubah menjadi zig-zag.
Di atas badan jalan diletakkan drum minyak serta palang kayu secara selang seling sehingga membuat setiap kendaraannya yang melintasnya berlaju secara zig-zag.

Aceh damai, liburan nyaman (Jalanan di Aceh sudah terbebas dari zig-zag seperti ular)
2. KTP merah putih
Mungkin bagi teman-teman yang bukan dari Aceh belum melihat KTP besar berwarna merah putih yang terdapat teks pancasilanya. Bagi rakyat Aceh ketika masih berlaku darurat militer KTP besar berwarna merah putih begitu penting, bahkan bisa dikatakan lebih penting dari sepiring nasi.
KTP merah putih menjadi identitas pembeda antara penduduk sipil dengan pasukan Gerakan Aceh Merdeka.
Meski berukuran sangat besar (4 kali lebih besar dari ukuran ktp biasa) rakyat Aceh harus membawa kemana saja ktp tersebut. bahkan tidak jarang ada yang membungkusnya dengan berlapis-lapis dengan plastik pembungkus gula agar tidak basah ketika hujan melanda. 

ktp merah putih yang begitu berarti (indoforum.top)
3. Ronda malam
Bagi Pria dewasa kebagian jadwal ronda malam adalah sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindarkan. Ronda malam begitu penting dilakukan ketika Aceh masih dilanda konflik. di dalam sebuah desa bisa terdapat beberapa pos ronda malam yang memiliki petugas lima sampai dengan enam orang.
Petugas ronda sangat mengharapkan tidak ada terjadi baku tembak antara Gam dan Tni disaat mereka melakukan tugasnya. Jika sempat terjadi peperangan maka para petugas ronda akan kewalahan menerima berbagai pertanyaan dari pihak Tni/polri yang tidak mau daerahnya ditembus oleh gerakan aceh merdeka.
tetapi itu semua kini telah menjadi kenangan yang tidak kita harapkan untuk bisa terulangi kembali. Kondisi damai seperti saat ini merupakan kondisi yang begitu indah, tak ada lagi darah yang tumpah, tak terdengar lagi sumpah serapah. 
Semoga saja pemimpin yang memimpin setiap sudut negeri tidak serakah untuk menghindari berbagai macam amarah.


EmoticonEmoticon