Tuesday 16 August 2016

Sepenggal Cerita Sebuah Radio Yang Berjasa Dalam Kemerdekaan Indonesia



“Republik Indonesia masih ada, karena pemimpin republik masih ada, tentara republik masih ada, pemerintah republik masih ada, wilayah republik masih ada dan disini adalah Aceh”.

Begitulah berita yang tersiar melalui stasiun radio berkekuatan satu kilowatt pada frekuensi 19,25 dan 61 meter bernama radio Rimba Raya. Letak Radio Rimba Raya adalah di Desa Rimba Raya, Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Yang kemudian ditempat ini dibangun sebuah monumen yang diresmikan oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin pada tanggal 27 Oktober 1987.


Radio ini benar-benar telah memegang sebuah peranan yang sangat penting di dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan para penjajah. Meski keberadaannya di tengah rimba tetapi radio ini telah berhasil menyampaikan berita yang begitu sangat penting, berita yang begitu sangat mengembirakan ke berbagai belahan dunia.

Sepenggal Cerita Sebuah Radio Yang Berjasa Dalam Kemerdekaan Indonesia
Monumen Radio Rimba Raya (abulyatama.ac.id)

Dalam sejarah tercatat di dalam menyampaikan berita gembira bagi seluruh warga Indonesia tersebut, beberapa radio lain dapat mendengarnya. Radio di Semenanjung Melayu, Singapura, Vietnam, Australia bahkan sampai dengan radio di Eropa dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

Dan kerennya lagi, radio Rimba Raya tidak hanya mengudara untuk kepentingan umum saja, radio Rimba Raya juga berperan penting di dalam mengawasi dan mengirim berbagai pengumuman penting bagi kegiatan angkatan bersenjata Republik Indonesia. 

Radio Rimba Raya letaknya boleh di dalam hutan yang mungkin pesonanya sangat jauh kalah dengan kota-kota besar yang ada ketika itu. Tetapi perlu diketahui Radio Rimba Raya tidak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam melakukan siarannya, Radio Rimba Raya menggunakan sampai dengan lima bahasa (bahasa inggris, Belanda, Cina, Urdu dan tentunya bahasa Arab).

Radio Rimba Raya hadir dengan kemampuannya di dalam membakar semangat para pejuang Indonesia yang memang tidak mengenal lelah di dalam melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Berbagai nyanyian rakyat yang mengandung unsur penyuntik semangat juga sering terdengar dari Radio di dataran tinggi Gayo tersebut.

Radio ini terus berperan sampai dengan saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta sebagai hasil Konfrensi Meja Bundar di Den Haag.

Sebelum berada di Bener Meriah sang pelopor kopi Aceh kualitas Internasional. Radio Rimba Raya sering berpindah-pindah keberadaannya untuk memperoleh posisi yang cocok untuk menyampaikan pesan-pesan perjuangan. Bahkan sejarah mencatat Di Banda Aceh radio ini juga sempat berdiri yaitu di desa Cot Gue.

Keberadaan Radio tersebut di Banda Aceh ternyata tidak begitu mulus karena terjadi agresi Belanda ketika itu. Akhirnya radio dipindahkan ke daerah Burni Bius di Aceh Tengah, sesampai disana rencana harus kembali diubah karena intaian pesawat Belanda yang terus mengawasi, dan Jadilah Rimba Raya sebagai tempat berdirinya sang radio yang memainkan peran penting di dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

Itulah sepenggal kisah heroiknya Aceh yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Tidak perlu ibu kota negara berpindah ke Banda Aceh sebagai hadiahnya, cukup beri Aceh perhatian agar tidak ada lagi air mata dan nyawa yang melayang begitu saja Baca Juga :Luar Biasa, Ternyata Ini Pesawat Garuda Indonesia Yang Pertama


EmoticonEmoticon