“Republik
Indonesia masih ada, karena pemimpin republik masih ada, tentara republik masih
ada, pemerintah republik masih ada, wilayah republik masih ada dan disini
adalah Aceh”.
Begitulah
berita yang tersiar melalui stasiun radio berkekuatan satu kilowatt pada
frekuensi 19,25 dan 61 meter bernama radio Rimba Raya. Letak Radio Rimba Raya
adalah di Desa Rimba Raya, Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Yang kemudian ditempat ini dibangun sebuah
monumen yang diresmikan oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin pada tanggal 27
Oktober 1987.
Radio ini benar-benar
telah memegang sebuah peranan yang sangat penting di dalam proses kemerdekaan
Republik Indonesia dari tangan para penjajah. Meski keberadaannya di tengah
rimba tetapi radio ini telah berhasil menyampaikan berita yang begitu sangat
penting, berita yang begitu sangat mengembirakan ke berbagai belahan dunia.
Monumen Radio Rimba Raya (abulyatama.ac.id) |
Dalam sejarah tercatat
di dalam menyampaikan berita gembira bagi seluruh warga Indonesia tersebut,
beberapa radio lain dapat mendengarnya. Radio di Semenanjung Melayu, Singapura,
Vietnam, Australia bahkan sampai dengan radio di Eropa dapat mendengarnya
dengan sangat jelas.
Dan kerennya lagi,
radio Rimba Raya tidak hanya mengudara untuk kepentingan umum saja, radio Rimba
Raya juga berperan penting di dalam mengawasi dan mengirim berbagai pengumuman
penting bagi kegiatan angkatan bersenjata Republik Indonesia.
Radio Rimba Raya
letaknya boleh di dalam hutan yang mungkin pesonanya sangat jauh kalah dengan
kota-kota besar yang ada ketika itu. Tetapi perlu diketahui Radio Rimba Raya
tidak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam melakukan siarannya, Radio Rimba
Raya menggunakan sampai dengan lima bahasa (bahasa inggris, Belanda, Cina, Urdu
dan tentunya bahasa Arab).
Radio Rimba Raya hadir
dengan kemampuannya di dalam membakar semangat para pejuang Indonesia yang
memang tidak mengenal lelah di dalam melakukan perlawanan terhadap para
penjajah. Berbagai nyanyian rakyat yang mengandung unsur penyuntik semangat
juga sering terdengar dari Radio di dataran tinggi Gayo tersebut.
Radio ini terus
berperan sampai dengan saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh
pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 di Jakarta sebagai hasil
Konfrensi Meja Bundar di Den Haag.
Sebelum berada di Bener
Meriah sang pelopor kopi Aceh kualitas Internasional. Radio Rimba Raya sering
berpindah-pindah keberadaannya untuk memperoleh posisi yang cocok untuk
menyampaikan pesan-pesan perjuangan. Bahkan sejarah mencatat Di Banda Aceh
radio ini juga sempat berdiri yaitu di desa Cot
Gue.
Keberadaan Radio
tersebut di Banda Aceh ternyata tidak begitu mulus karena terjadi agresi
Belanda ketika itu. Akhirnya radio dipindahkan ke daerah Burni Bius di Aceh
Tengah, sesampai disana rencana harus kembali diubah karena intaian pesawat
Belanda yang terus mengawasi, dan Jadilah Rimba Raya sebagai tempat berdirinya
sang radio yang memainkan peran penting di dalam kemerdekaan Republik
Indonesia.
Itulah sepenggal kisah
heroiknya Aceh yang tidak boleh dilupakan begitu saja. Tidak perlu ibu kota
negara berpindah ke Banda Aceh sebagai hadiahnya, cukup beri Aceh perhatian
agar tidak ada lagi air mata dan nyawa yang melayang begitu saja Baca Juga :Luar Biasa, Ternyata Ini Pesawat Garuda Indonesia Yang Pertama
EmoticonEmoticon